Laman

Sabtu, 21 Juli 2012

My Campus

Institut Pertanian Bogor adalah lembaga pendidikan tinggi pertanian yang secara historis merupakan bentukan dari lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian serta kedokteran hewan yang dimulai telah pada awal abad ke-20 di Bogor. Sebelum Perang Dunia II, lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama Middelbare Landbouw School, Middelbare Bosbouw School dan Nederlandsch Indiche Veeartsen School.
IPB saat ini berlokasi di Jalan Raya Dramaga Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sejarah perkembangan IPB dimulai dari tahapan embrional (1941-1963), tahap pelahiran dan pertumbuhan (1963-1975), tahap pendewasaan (1975-2000), tahap implementasi otonomi IPB (2000-2005) dan menuju tahap IPB berbasis Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang akan dimulai pada tahun 2006. Pada tahun 2007 secara embrional IPB direncanakan menjadi universitas riset. Lahirnya IPB pada tanggal 1 September 1963 berdasarkan keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) No. 92/1963 yang kemudian disyahkan oleh Presiden RI Pertama dengan Keputusan No. 279/1965. Pada saat itu, dua fakultas di Bogor yang berada dalam naungan UI berkembang menjadi 5 fakultas, yaitu Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Kehutanan. Pada tahun 1964, lahir Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian yang kini menjadi Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tanggal 26 Desember 2000, pemerintah Indonesia mengesahkan status otonomi IPB berdasarkan PP no. 152. Semenjak itu IPB merupakan perguruan tinggi berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Tahun 2004 IPB menerapkan sistem mayor minor sebagai pengganti sistem kurikulum nasional. Sistem ini hanya diterapkan di IPB. Setiap mahasiswa IPB dimungkinkan mengambil dua atau bahkan lebih mata keahlian (jurusan) yang diminatinya.




Referensi : http://id.wikipedia.org/wiki/Institut_Pertanian_Bogor

Jumat, 20 Juli 2012

Just Share



                              Resensi Buku

Judul Buku                  : Tiga Wartawan Cilik (TRIO BEBEK)
Penulis                   : Boim Lebon
Bahasa                   : Indonesia
Genre                     : Novel atau Fun Fiksi
Nama Penerbit       : PT. Lingkar Pena Kreativa
Tempat Terbit         : Jakarta
Tahun Terbit           : 2009
Halaman                 : VII + 201 Halaman
Tebal Buku              : +/- 19cm
Warna Sampul         : Ungu
Warna buku             : Hitam Putih
Harga buku              : Rp +/- 29.000,-



 
 
Sinopsis

Trio bebek adalah tiga siswa SMA Elite yang terdiri dari Sudiyanto alias Sudi, Muhamammad Fahri alias Fahri dan Mabruri alias Brur. Sudiyanto alias Sudi adalah lelaki berumur 17 tahun yang memiliki warna kulit sedikit hitam,mudah emosi dan merupakan ketua ekskul teater. Muhammad Fahri alias Fahri adalah lelaki berumur 17 tahun mempunyai fisik paling kuat,berkacamata namun sangat telmi dan merupakan ketua ekskul pecinta alam. Mabruri alias Brur adalah lelaki berumur 17 tahun berkacamata,penyabar dan merupakan ketua ekskul rohis.
Awal cerita ketika trio bebek sedang berkelahi karena persoalan yang tidak masuk akal tiba tiba mereka bertiga dipanggil kepala sekolah yang bernama Pak Was yang berbadan gendut dan rambutnya yang selalu klimis karena diolesi minyak. Saat dipanggil keruang kepala sekolah Sudi,Fahri dan Brur sangat cemas karena takut mendapat hukuman dari pak Was. Namun ternyata pak Was bukannya menghukum mereka bertiga malah memberi tugas kepada mereka bertiga untuk mengikuti pelajaran jurnalistik di majalah remaja islami.
Awalnya mereka bertiga tidak begitu mengerti materi tentang jurnalistik yang diberikan oleh mbak Dinanti. Saat diberi tugas mereka bertiga tidak pernah kompak dan selalu saja bertengkar. Suatu saat kepala sekolah SMA Elite yaitu pak Was dituduh telah melakukan korupsi,dan trio bebek diberi tugas untuk menyelidiki kasus itu. Awalnya mereka kurang kompak,namun karena mereka percaya pak Was tidak melakukan korupsi akhirnya mereka pun menjadi kompak. Karena kekompakan mereka bertiga akhirnya mereka dapat membuktikan bahwa pak Was tidak melakukan korupsi dengan beberapa bukti yang sangat kuat berupa data data tentang anggaran pembangunan sekolah yang ditempel di majalah dinding SMA Elite. Karena perjuangan trio bebek akhirnya mereka mendapat penghargaan dari kepala sekolah atas perjuangannya membuktikan bahwa pak Was tidak melakukan korupsi.
Setelah memperoleh penghargaan mereka menjadi semangat memperdalam ilmu tentang jurnalistik.
Mereka mulai mewawancarai public figure dan mendapatkan materi tentang jurnalistik yang banyak dari mbak Dinanti.
Mereka pun sudah seperti wartawan sesungguhnya,mereka bertiga semakin bersemangat mengisi mading dengan hasil mewawancarai public figure.
Saat Brur sedang sibuk mengurus organisasinya Sudi dan Fahri jadi tidak aktif dalam kegiatan jurnalistik.
Mading pun sudah tidak terurus,dan mereka mulai meniggalkan profesinya sebagai wartawan cilik.
Ketika Sudi dan Fahri menghampiri Brur yang sedang sibuk dengan organisasinya dengan mata melotot Sudi melihat seorang perempuan berjilbab yang bernama Siti Nurhalima yang merupakan ketua rohis yang baru pengganti Brur.
Karena jatuh cinta pada Siti Nurhalima Sudi pun mulai aktif dalam kegiatan jurnalistiknya.
Akhirnya tiga wartawan cilik itu mulai aktif kembali dan mengadakan berbagai program.




KELEMAHAN NOVEL
Kelemahan dari novel ini terlihat pada cover buku yang kurang menarik dan terlihat seperti komik.

KELEBIHAN  NOVEL
Kelebihan dari novel ini isi dari novel ini memberikan wawasan kepada pembaca.Selain itu novel ini di sertai penjelasan tentang beberapa istilah mudah di pahami pembaca sehingga pembaca dapat mengerti apa saja yang di bahas di dalam buku ini.Buku ini membuat pembaca bertambah pengetahuan tentang ilmu yang berhubungan dengan jurnalistik.Lembar kertas yang tebal membuat terlihat lebih elegant,didalam novel ini banyak point point yang penting yang dapat menambah pengetahuan pembaca tentang jurnalistik.Novel ini menggunakan bahasa yang tidak baku sehingga kita lebih mudah memahaminya.Novel ini juga dapat menghibur pembaca karena ceritanya yang bergenre komedi.

KESIMPULAN
Meskipun cover buku kurang menarik namun isi dari novel ini sangat menghibur karena ceritanya yang lucu dan dapat menambah wawasan pembaca.









Oleh : -Heru Wira
          -Praditio Anggoro

Dilema Bajaj


Dilema Bajaj
Oleh Praditio Anggoro

Pada umumnya setiap masyarakat Jakarta yang tinggal di perumahan sebenarnya sangat menginginkan angkutan transportasi yang murah, nyaman dan mudah dijangkau, serta ramah lingkungan. Inilah sebuah gambaran nyata mode sarana transportasi yang sangat dinantikan dan diinginkan oleh warga Jakarta dan sekitarnya.
Akan tetapi, gambaran itu tampaknya hanya menjadi wacana saja dan mungkin akan sulit terwujud di kota-kota besar di Indonesia khususnya di DKI Jakarta. Hal ini jelas terlihat dari banyaknya kendaraan umum dan pribadi yang semakin semrawut di kota metropolitan ini. Belum lagi jumlah volume kendaraan setiap tahunnya semakin meningkat dan bertambah dengan pesat. Kondisi seperti ini cendrung tidak diimbangi dengan penambahan sarana dan prasarana jalan yang baik dari pemerintah.
Contoh saja transportasi yang dulunya banyak beroperasi di daerah Jakarta adalah bajaj. Kendaraan roda tiga ini selalu menimbulkan kebisingan dan banyak mengeluarkan asap melalui  knalpotnya yang menyebabkan polusi udara meningkat. Pemerintah kota DKI Jakarta sebenarnya telah mengambil kebijakan untuk menggantikan kendaraan ini dengan model baru yang disebut kendaraan kancil. Sebenarnya kendaraan kancil ini mempunyai ciri khas tersendiri, misalnya yaitu kendaraan kancil ini menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) yang dapat mengurangi polusi udara, selain itu kendaraan ini pun dapat mengangkut lebih dari tiga orang, serta lebih terlihat rapi dan nyaman.
Akan tetapi, kebijakan Pemerintah kota DKI Jakarta mengganti bajaj dengan kendaraan kancil tersebut banyak menuai kontra/penolakan dari para pemilik bajaj. Menurutnya kendaraan ini adalah satu-satunya kendaraan yang dia miliki dan merupakan sumber penghidupan bagi keluarganya, serta dianggap sangat mudah keluar masuk jalan dan gang-gang sempit. Para pemilik bajaj pun mengaku jika bajajnya diganti dengan kendaraan kancil, ia tak sanggup untuk membelinya. Karena, harga satu unit kendaraan kancil tersebut jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan harga satu unit bajaj. Walaupun bajaj menjengkelkan di jalan raya dan tidak nyaman, sebagian besar warga Jakarta masih membutuhkan tenaganya
Kebijakan pemerintah DKI Jakarta menggantikan bajaj ke alat transportasi kancil dinilai memberatkan si pemilik/supir bajaj. Pasalnya ia harus berjuang mati-matian setiap harinya untuk dapat menyambung hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya di Jakarta, serta membayar uang kontrakan dan membiayai keluarganya di kampung. Dan belum lagi ia setiap hari harus menyetorkan uang antara 20 ribu sampai 40 ribu rupiah kepada bosnya.


Mengingat masalah bajaj adalah masalah sumber penghidupan dan perut banyak orang, semestinya pemerintah mengambil langkah-langkah kebijakan alternatif lainnya yang lebih efektif agar tidak selalu memberatkan rakyat kecil dan tidak menjadi permasalahan yang sulit ditangani. Pemerintah jangan hanya melihat sudut pandang para pemilik/supir bajaj dari sebelah mata saja, melainkan melalui sudut pandang keseluruhannya, karena masalah tersebut sudah menjadi masalah perut banyak orang dan sudah menjadi sumber penghidupan.